Selasa, 15 Agustus 2017

Ophiocomina nigra

Ophiocomina nigra (Bintang Ular)


Deskripsi :

Jenis ini biasa disebut sebagai bintang ular laut hitam. Hal ini disebabkan warna tubuhnya yang bervariasi dari warna hitam atau berbagai warna coklat. Cakram yang dimiliki sangat jelas terlihat dengan ukuran 2,5 cm. Bagian permukaan cakram terdapat granula. Sedangkan bagian dalamnya terdapat mulut yang dilengkapi dengan rahang. Disisi tiap lengannya ada rangkaian yang membuatnya terlihat seperti kaki seribu. Jenis ini termasuk jenis yang masa hidupnya cukup lama. Ophiocomina nigra juga dapat bertahan hidup di perairan dengan kadar salinitas yang rendah. Khususnya ditemukan pada perairan laut Atlantik timur, Laut Selatan dan perairan Mediterania. Biasanya ditemukan pada kedalaman 100 meter dibawah permukaan laut atau lebih dalam lagi. Dalam habitatnya, O. nigra sering ditemukan bersama jenis bintang ular laut lain yaitu dari jenis Ophiothrix fragilis


Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata ini dimulai dengan dari mulut. Mulut bintang ular laut terletak pada cakram bagian bawah tubuh dan dilengkapi dengan rahang. Dibagian belakang mulut ada kerongkongan kecil dan rongga kosong yang ukurannya memenuhi setengah cakram. Berbeda dengan kerabat dekatnya, bintang laut, sistem pencernaan hewan ini hanya ada didalam cakram. Tanpa adanya anus, maka sisa makanan akan keluar kembali lewat mulut. Bintang ular laut dikenal sebagai karnivora, herbivora, sekaligus pengurai. Hewan ini juga memiliki sifat kanibalisme. Berbagai jenis jenis plankton, krustacea, cacing dapat dimakan oleh hewan ini.

Sistem Gerak
Sistem gerak pada hewan bintang ular laut ini dilakukan oleh lengannya yang menyerupai cambuk. Karena pergerakan yang fleksibel, hewan ini dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain dengan mudah. Pergerakan lengannya menyerupai cara ular bergerak.

Sistem Saraf
Sistem saraf hewan ini terdiri dari saraf utama yang melingkari cakram. Pada lengannya terdapat saraf radial yang menempel didasar lengan. Dengan sistem saraf yang dimiliki, bintang ular laut dapat merasakan zat zat kimia di air, sentuhan, dan cahaya.

Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan hewan invertebrata ini melalui kantung bersilia yang disebut bursae. Jumlahnya ada 10 buah. Saat bursae berkontraksi, air akan masuk ke dalam tubuh. Oksigen terlarut lalu diedarkan melalui sistem hemal.

Reproduksi
Bintang ular laut biasanya terdiri dari hewan jantan dan betina, namun ada sebagian kecil yang merupakan hemaprodit. Pembuahan biasanya terjadi secara eksternal, dengan gamet dilepas ke lingkungan melalui kantung bursae. Larva dapat berkembang menempel dan mendapat makan melalui bursae. Namun sebagian spesies ada juga yang fase larvanya dihabiskan dengan berenang bebas di laut.

Klasifikasi

Kingdom
:
Phylum
:
Class
:
Order
:
Ophiurida
Family
:
Genus
:
Ophiocomina
Spesies
:
Ophiocomina. nigra

Metanephrops sibogae

Metanephrops sibogae (Lobster)



Deskripsi :

Lobster adalah hewan laut yang termasuk dalam Crustacea atau udang – udangan, jenis udang raksasa ini termasuk dalam keluarga Nephropidae dan juga keluarga Homaridae termasuk lobster yang memiliki capit salah satu jenis yang termasuk dalam golongan ini adalah Metanephrops sibogae. Lobster merupakan salah satu hewan laut yang memiliki nilai ekonomis tinggi selain produk ikan. Lobster biasanya menjadi favorit bagi penggemar masakan ikan laut yang ad di restaurant – restaurant besar. Harganya yang mahal menjadikan lobster menjadi primadona bagi para penangkapnya untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Lobster juga memiliki kerabat yang bentuknya tidak sepenuhnya sama dengan yang kita kenal. Lobster chelae adalah jenis yang tidak memiliki cakar, lobster air tawar juga merupakan kerabat lobster karang namun memiliki rasa dan tekstur yang jauh berbeda karena habitat asalnya. Lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari, pada waktu siang hari lebih suka berdiam pada lubang-lubang karang dan nanti pada malam hari keluar dari persembunyiannya untuk mencari makan di sekitar karang yang lebih dangkal pada waktu air pasang. Lobster laut tinggal di daerah perairan yang yang berbatu, berkarang dan berpasir. Banyaknya batu karang akan membantu lobster untuk bersembunyi dan beranak pinak. Tempat tinggal yang strategis bagi kelangsungan hidup mereka adalah batu karang yang banyak lubangnya dimana mereka bisa bersembunyi di dalamnya. Hampir semua perairan di dunia menjadi habitat penyebaran hewan crustacea ini. Lobster di alam liar termasuk hewan yang memiliki pola makan omnivora atau pemakan segala. Ia memakan ikan kecil, berbagai jenis moluska kecil dan udang – udang kecil lain serta makan ganggang serta tanaman laut. Dalam mencari makanan ia berjalan di dasar perairan laut dengan menggunakan kaki – kakinya serta berburu dengan menggunakan capit yang juga berfungsi sebagai tangan juga.

Lobster termasuk keluarga crustacean yaitu suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu subfilum.Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip. Mayoritas merupakan hewan akuatik, hidup di air tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti kepiting darat. Mayoritas dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya. artikel (wikipedia.co.id).

Tubuh lobster terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan terdiri dari kepala dan dada yang disebut cephalothorax. Sementara bagian belakang terdiri dari badan dan ekor yang disebut abdomen. Kepala ditutupi oleh kulit atau cangkang kepala (carapace). Carapace ini berperan dalam melindungi organ tubuh, seperti otak, insang, hati dan lambung.

Carapace berbahan zat tanduk atau kitin yang tebal dan merupakan nitrogen polisakarida yang disekresikan oleh kulit epidermis dan dapat mengelupas saat terjadinya pergantian cangkang tubuh (moulting). Hewan ini tertutupi kerangka luar kitin, yang mengandung sebagian besar kapur dan skelerotin yaitu yang membuat rangka lebih keras dan berat tapi sangat baik sebagai lapisan pelindung. Kitin luar tipis dan berhubungan, untuk memberikan kelenturan maksimal. Bagian anterior tubuhnya disebut Carapace dan masing-masing segmen posterior abdominal terdiri dari lengkungan dorsal tergum, dua lateral pleura dan sebuah ventral sternum.
Siklus Hidup
Menurut Subani, 1984 in Utami 1999, lobster dapat digolongkan sebagai binatang yang mengasuh dan memelihara keturunannya walaupun sifatnya hanya sementara. Lobster betina yang sedang bertelur melindungi telurnya dengan cara meletakkan atau menempelkan butir-butir telurnya di bagian bawah badan (abdomen) sampai telur tersebut dibuahi dan menetas menjadi larva udang. Menjelang akhir periode pengeluaran telur dan setelah dibuahi, lobster akan bergerak menjauhi pantai dan menuju ke perairan karang yang lebih dalam untuk penetasan Nontji (1993) menyatakan bahwa, jumlah telur yang dihasilkan setiap ekor betina lobster dapat mencapai lebih dari 400.000 butir. Telur-telur tersebut akan menetas dan berubah menjadi larva pelagis. Selanjutnya dikatakan pula bahwa, udang karang (lobster) mempunyai daur hidup yang kompleks. Telur yang telah dibuahi menetas menjadi larva dengan beberapa tingkatan (stadium). Larva lobster memiliki bentuk yang sangat berbeda dari yang dewasa. Larva pada stadium filosoma misalnya, mempunyai bentuk yang pipih seperti daun sehingga mudah terbawa arus.
Siklus Hidup Lobster
Semenjak telur menetas menjadi larva hingga mencapai tingkat dewasa dan akhirnya mati, maka selama pertumbuhannya, lobster selalu mengalami pergantian kilit (moulting). Pergantian kulit tersebut lebih sering terjadi pada stadia larva. (Subani, 1984 in Utami, 1999) Secara umum dikenal adanya tiga tahapan stadia larva, yaitu “naupliosoma“, “filosoma“, dan “puerulus“. Perubahan dari stadia satu ke stadia berikutnya selalu terjadi pergantian kulit yang diikuti perubahan-perubahan bentuk (metamorphose) yang terlihat dengan  adanya modifikasi-modifikasi terutama pada alat geraknya. Pada stadia filosoma yaitu bagian pergantian kulit yang terakhir, terjadi stadia baru yang bentuknya sudah mirip lobster dewasa walaupun kulitnya belum mengeras atau belum mengandung zat kapur.

Pertumbuhan berikutnya setelah mengalami pergantian kulit lagi, terbentuklah lobster muda yang kulitnya sudah mengeras karena diperkuat dengan zat kapur. Bentuk dan sifatnya sudah mirip lobster dewasa (induknya) atau disebut sebagai juvenile. Lama hidup sebagai stadia larva untuk lobster berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Lobster yang hidup di perairan tropis, prosesnya lebih cepat dibanding dengan yang hidup di daerah sub-tropis. Waktu yang diperlukan untuk mencapai stadia dewasa untuk lobster tropis antara 3 sampai 7 bulan (Subani, 1984 in Utami, 1999). Lobster Metanephrops sibogae mempunyai ukuran panjang tubuh  rata – rata 11,5 – 13 cm tetapi dapat mencapai ukuran  hingga 18 cm

Habitat dan Penyebaran
Longhurst dan Pauly (1987) menyatakan bahwa lobster terdapat di mana-mana pada substrat keras di laut-laut tropis dan merupakan bagian penting fauna terumbu karang, dengan sifat ekologis mirip seperti kerabatnya yang hidup di daerah sub tropis. 
penyebaran Lobster Metanephrops sibogae
Lobster hidup pada beberapa kedalaman tergantung pada jenis spesies dan lingkungan yang cocok mulai dari daerah intertidal sampai perairan yang dalam. Banyak spesies yang hidup pada substrat yang berbatu-batu, lumpur atau pasir dan membuat lubang. Lobster Metanephrops sibogae hidup pada kedalaman 248 – 320 m dan mempunyai penyebaran yang sangat luas dan menyukai hidup pada lubang atau celah-celah batu karang. Biasanya mendiami tempat-tempat yang terlindung di antara batu-batu karang dan jarang ditemukan dalam kelompok yang berjumlah besar. Banyak terdapat diperairan Kepulauan Kai, Indonesia. Terlalu sedikit yang diketahui tentang kebiasaan dan habitat yang sebenarnya dari spesies ini. 

Klasifikasi

Kingdom
:
Phylum
:
Class
:
Order
:
Family
:
Genus
:
Metanephrops
Spesies
:
Metanephrops sibogae

Protoreaster nodosus

Protoreaster nodosus (Bintang Laut)


Morfologi :

  • Tubuhnya berbentuk bintang dengan 5 lengan 
  • Berwarna merah tua dan memiliki duri disetiap lengannya yang berwarna hitam 
  • Pada bagian tengah dorsalnya terdapat anus dan memiliki amburakral dan pedicellaris sebagai modifikasi duri 


Anatomi :
Sistem digesti hewan ini terdiri dari mulut, esophagus, lambung, usus halus, anus, namun usus dan anusnya tak berfungsi. Saluran-saluran sirkullar berhubungan dengan dunia luar melalui saluran batu dan papan madreporit. Pada hewan ini terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus sangat banyak. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh. Jenis kelaminnya terpisah. Namun pada tiap penjuluran terdapat sepasang gonad. Telur dan sperma dicurahkan dalam 1 m usim dan fertilisasi terjadi di luar tubuh. Embrio tumbuh menjadi larva dan berenang bebas. Larva ini bersimetri bilateral. 

Klasifikasi


Kingdom
:
Phylum
:
Class
:Asteroidea
Order
:
Valvatida
Family
:
Oreasteridae
Genus
:
Protoreaster
Spesies
:
P. nodosus

Tripneustes ventricosus

Tripneustes ventricosus 


Deskripsi :

Dengan habitatnya, Tripneustes ventricosus dapat ditemukan di dua tempat yang berbeda. Yang pertama ada di dasar pasir dan ganggang yang padat. Yang kedua ada di terumbu, batuan terumbu karang, dan di antara bebatuan di sepanjang garis pantai. Tripneustes ventricosus seringkali hidup berdampingan dengan spesies lain, Lytechinus variegatus. Habitat ini juga hidup di daerah tropis dengan suhu hampir sampai hangat sepanjang tahun (Hendler, et al., 1995; Moore, 1966).

Daerah Habitat air asin tropis atau laut, rentang kedalaman :
  • 0 sampai 55 m
  • 0.00 sampai 180.45 ft


Deskripsi Fisik
Tripneustes ventricosus memiliki pelengkap eksternal yang sangat berkembang. Bentuk tubuhnya berwarna coklat tua, berbentuk hemispherically yang bisa tumbuh hingga diameter horisontal setinggi 150 mm. inilah yang memberikan dukungan untuk organ dalam, duri, dan kaki tabung. Tiga macam duri pendek dengan pewarnaan putih menonjol serta pedicellaria yang melonjak yang tertutup lapisan jaringan cokelat tebal yang tebal. Kaki tabung terletak di sisi abor dari bulu babi dan memiliki pewarnaan yang sama dengan tes. Sebuah ganglion saraf putih terlihat di dekat cakram terminal, juga dengan warna coklat seragam yang sama di sisi yang sama, di dekat kaki tabung. Di sisi lisan, mewarnai coklat ringan dengan duri dan kaki yang mempertahankan karakteristik fisik yang sama seperti yang disebutkan di atas. Peristome, atau mulutnya, berwarna coklat muda ini, tapi jaringan di sekitar rahang kembali ke coklat tua yang terlihat di sisa bulu babi (Alender dan Russell, 1966; Hendler, et al, 1995; Lawrence, 1987).

Fitur Fisik Lainnya simetri radema simetris ektotermik
Siklus hidup ventricosus Tripneustes dimulai saat telur spesies dilepaskan ke dalam air untuk dibuahi secara eksternal. Setelah pembuahan terjadi, T. ventricosus menjalani siklus hidup yang terdiri dari stadium larva planktotrofik yang diikuti oleh metamorfosis, setelah itu spesies tersebut berada pada tahap remaja. Pertumbuhan terjadi sampai tahap dewasa tercapai, di mana gonad telah berkembang cukup untuk melepaskan sel telur atau sperma ke dalam air, tergantung pada apakah individu itu wanita atau laki-laki. Setelah kedewasaan seksual, T. ventricosus dapat terus tumbuh dalam ukuran, namun kapasitas reproduksi tidak akan meningkat. Siklus hidup ini berjalan dalam kondisi normal, namun jika suhu menjadi tidak normal, T. ventricosus bisa menjadi hermaprodit sampai suhu kembali normal. Reproduksi seksual adalah metode reproduksi yang normal, dan spesiesnya adalah gonochoric dengan jantan dan betina dengan ukuran kurang lebih sama. Hasil percobaan terbukti tidak meyakinkan saat menentukan apakah jenis kelamin spesies ditentukan secara kromosom (Hendler, et al, 1995; Lawrence, 1987).

Reproduksi
Reproduksi seksual dengan pemupukan eksternal adalah alat reproduksi normal untuk ventricosus Tripneustes. Karena pemupukan bersifat eksternal dan dalam lingkungan perairan, maka tidak perlu bagi laki-laki untuk berusaha berkawan dengan betina. Setiap jenis kelamin, pada waktu yang tepat, hanya melepaskan gamet yang sesuai dengan jenis kelaminnya, dan hanya itu yang perlu. Laki-laki dan perempuan tidak berinteraksi satu sama lain secara fisik untuk bereproduksi. Rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak menyimpang jauh dari rasio normal 1: 1. Pada individu dengan diameter horizontal berkisar antara 80-100 mm, rasionya adalah 1: 1,5. Pada individu yang lebih kecil, rasionya adalah 1: 1 (Lawrence, 1987).

Perilaku reproduksi Tripneustes ventricosus bergantung pada sejumlah faktor termasuk suhu dan bertambahnya usia. Ada korelasi antara gonad yang lebih besar dan musim dingin yang lebih dingin. Selain itu, output reproduksi menurun empat kali lipat seiring bertambahnya usia bulu babi. Pemijahan diamati dengan T. ventricosus, dan karena gonad bergantung pada temperatur, tingkat keparahan musim dingin dapat menjadi indikator pola pemijahan yang akan diikuti pada musim panas mendatang. Secara umum, spesies ini menunjukkan dua spawnings per tahun, masing-masing enam bulan terpisah (Lawrence, 1987, Moore, 1966).

Klasifikasi

Kingdom
:
Phylum
:
Class
:
Order
:
Family
:
Genus
:
Spesies
:
T. ventricosus